
Imum Mukim Alue Puteh,
M.Thaib menjelaskan,
ketika terjadi banjir akhir tahun 2014 lalu, saluran irigasi Krueng Lingka –
Matang Raya ditutupi lumpur. “Akibatnya, air irigasi tidak bisa lagi disalurkan
ke areal sawah,” jelasya. Sekitar 400 ha, sawah tidak mendapatkan suplai air. Para
petani setempat terpaksa menggunakan pompa agar bisa mengambil air dari saluran
pembuang.
Saluran Krueng Lingka –
Matang Raya melintasi lahan sawah di beberapa desa. Diantaranya, Krueng Lingka,
Alue Jamok , Lhok Seuti, Alue Ano Timu, Pule Seuke, Alue Geudong, matang
keulayu, Matang Raya Timu, dan Matang Raya Barat. “Luas sawah yang butuh suplai
air irigas dari saluruan Krueng Lingka sekitar 400 ha,” tambahnya. Bahkan, sawah
di Kemukiman Kuta Piadah (Kecamatan Seunuddon) juga akan mendapatkan suplai air
irigasi, bila kondisi saluran normal.
M.Thaib juga menyebutkan, akibat saluran tersumbat,
petani terpaksa menggunakan mesin pompa air. “Sedangkan petani yang tidak mampu
membeli pompa terpaksa mengeluarkan uang untuk sewa pompa,” tambahnya. Petani harus
mengeluarkan biaya sampai Rp150 ribu per hektare, untuk biaya sewa pompa.
Camat Baktiya, Abdurahman mengakui telah menerima
informasi tentang tersumbat saluran irigasi akibat banjir beberapa tahun lalu. Namun
pihaknya belum mengetahui secara jelas terkait penanganan persoalan tersebut.
Kepala Dinas Pengairan
dan ESDM Aceh Utara, melalui Kabid Operasionan dan Pemeliharan, Syarifuddin
menjelaskan, normalisasi saluran ditangani Balai. Selain itu, saluran yang
mendapat penangan pemerintah terbatas hanya saluran sekunder. Sedangkan saluran
cacing yang mengairi ke areal sawah diluar tanggungjawab balai.