Aset keuangan syariah Indonesia capai Rp1.639 triliun

Ilustraasi: Bank Indonesia. (Foto file - Anadolu Agency)

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) aset keuangan syariah Indonesia pada Juli tumbuh 20,61 persen, mencapai Rp1.639 triliun, belum termasuk saham syariah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan market share keuangan syariah saat ini sudah mencapai 9,68 persen.

“Hal ini menunjukkan bahwa keuangan syariah memiliki daya tahan dan semangat yang tinggi untuk dapat bertahan dan siap mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional kita,” ujar Wimboh dalam diskusi virtual, Senin.

Wimboh mengatakan pengembangan ekonomi syariah juga didukung oleh semakin banyaknya jumlah lembaga jasa keuangan di Indonesia.

Saat ini terdapat 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 162 BPR syariah, ujar Wimboh.

Begitupun di pasar modal saat ini terdapat 464 saham syariah, 145 sukuk korporasi, 282 reksadana syariah, dan 66 sukuk negara.

Dalam industri keuangan syariah non-bank terdapat 215 lembaga jasa keuangan termasuk perusahaan asuransi, pembiayaan, penjaminan, dan lembaga keuangan mikro syariah.

“Dari kelembagaan jumlahnya sudah cukup banyak, sehingga ekonomi dan keuangan syariah harus kita dorong perannya dalam membangkitkan perekonomian nasional,” lanjut Wimboh.

Menurut dia, jumlah penduduk muslim di Indonesia menjadi potensi besar pengembangan ekonomi syariah.

Hal itu didukung berkembangnya gaya hidup halal di tengah masyarakat.

“Di tengah tingginya ketidakpastian perekonomian akibat pandemi, kita syukuri bahwa keuangan syariah sepanjang 2020 menunjukkan pertumbuhan positif,” tambah Wimboh.

Menurut dia, pandemi ini harus bisa dimanfaatkan sebagai momentum kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional.

“OJK memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk terus mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah," ujar Wimboh.(Anadolu Agency)