LHOKSUKON, SIYASAHNews | Sekitar 9.800 hektare sawah di Kabupaten Aceh Utara mengalami kekeringan. Kemarau yang melanda seluruh kawasan, diperparah dengan terhenti suplai air irigasi ke sawah petani.
Kerusakan Bendung Krueng Pase telah mengakibatkan terhenti suplai irigasi ke 9.800 ha sawah sejah tiga tahun terakhir. Namun, akhir tahun lalu, sejumlah petani berusaha memanfaatkan air hujan untuk menggarap sawah.
Petani Alue Ie Mirah, Kecamatan Nibong, Aceh Utara, berusaha turun ke sawah pada musim hujan tahun lalu. Namun hasil panen turun sampai 50 persen. "Hasil panen sawah pada musim hujan hanya 3 sampai 4 ton per hektare," jelas Geusyik Alue Ie Mirah Marzuki, SP, Rabu (15/5). Sedangkan hasil panen sawah menggunakan air irigasi sampai delapan ton per hektare.
Saat ini, 613 hektare sawah Kecamatan Nibong kembali mengalami kekeringan. Akibat tidak turun hujan, petani setempat tidak bisa lagi menggarap sawah. Sehingga petani mengharapkan, Bendung Krueng Pase segera diselesaikan.
Bendung Krueng Pase
Proyek bendung Krueng Pase yang mengairi sekitar 8.900 hektare sawah petani Aceh Utara sedang dikerjakan kembali. Perusahaan lokal segera merampungkan proyek yang terlantar di Kecamatan Meurah Mulia dan Kecamatan Nibong.
Kerusakan Bendung Krueng Pase, telah menghentikan air ke 8.900 ha sawah petani Aceh Utara. Pada Tahun 2021 Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I mulai merehab bendung tersebut. Namun pembangunan terkendala, ribuan petani tidak bisa turun ke sawah. Selain petani Aceh Utara, para petani dari Lhokseumawe juga mengalami krisi air irigasi akibat terlantar proyek Bendung Krueng Pase.
Sebelumnya, PPK Irigasi dan Rawa II SNVT PJPA Sumatera I Syafrepi Hasibuan, ST kepada wartawan menjelaskan, perusahaan lokal PT. Casanova Makmur Perkasa telah menandatangani kontrak pembangunan Bendung Krueng Pase. “Kita harapkan selesai tepat waktu karena dikerjakan perusahaan lokal,” sebut Syafrepi.
Dia juga menjelaskan, melalui kontraktor lokal penyelesaian proyek akan tepat waktu. Komunikasi warga sekitar lokasi proyek dengan rekanan diperkirakan akan lebih lancar, sehingga penyelesaian proyek tidak akan terkendala. “Akhir tahun ini kemungkinan akan dapat difungsikan,” sehingga musim tanam tahun 2025 petani sudah menerima suplai air dari Bendung, jelasnya.
Sebelumnya, pembangunan Bendung Krueng Pasee dianggarkan dari dana APBN tahun 2022 sebesar 44 milyar lebih. Namun akibat Kinerja yang buruk dari pihak rekanan, yang hanya mampu menyelesaikan proyek sekitar 36 persen dan diputus Kontrak oleh Balai Wilayah Sungai. Kondisi tersebut mengakibatkan 8.900 ha sawah Aceh Utara dan Lhoksukon mengalami krisis air irigasi.(tim)