Rawa Paya Nie, Habitat Lahan Basah Terancam Perubahan Fungsi

Tim Siyasah
6.6.24
Last Updated 2024-06-07T01:51:52Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

Rawa Paya Nie, Bireuen (Foto:awf.or.id)
BIREUEN, SIYASAHNews | Kawasan serapan air Paya Nie  menghadapi ancaman serius dari perubahan fungsi. Untuk mengenalkan habitat lahan basah ini kepada para siswa, AWF bekerja sama dengan Universitas Almuslim Bireuen menyusun modul ajar pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), Kamis (6/6/2024) .  

Paya Nie merupakan kawasan serapan air yang membentang di 9 desa dalam Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen. Ketua Tim Penyusun modul ajar pendidikan Lingkungan Hidup PLH, Cut Azizah menjelaskan, Rawa Paya Nie adalah habitat lahan basah yang sedang menghadapi ancaman serius dari perubahan fungsi. Awalnya rawa ini memiliki luas 300,14 hektare, namun saat ini hanya tersisa 262 hektare.

Melalui saluran edukasi, Cut Azizah meyakini masyarakat akan lebih peduli terhadap perlindungan rawa Paya Nie. “Program edukasi ini akan membantu menggalakkan aksi konservasi rawa Paya Nie,” jelas pakar manajemen lingkungan ini.

Dia menambahkan, habitat Paya Nie kaya akan keanekaragaman hayati dan spesies burung air. Selain itu, juga menjadi kawasan resapan air yang mampu menampung sekitar 600 juta meter kubik air.

Karena itu, habitat lahan basah ini sangat sesuai sebagai lokasi edukasi lingkungan hidup bagi para siswa. “Kita ingin anak-anak di Bireuen memiliki pengetahuan tentang lahan basah. Jangan sampai kita hanya tahu tentang lahan basah di negara lain, padahal ada lahan basah penting di sekitar kita,” katanya.

Anggota Tim Penyusun Silabus, Misnar, M.A, mengatakan bahwa modul ajar yang disusun bisa langsung dipakai oleh sekolah. “Modul ini ready to use," ujarnya.

Silabus ini menekankan kompetensi awal yang harus dimiliki peserta didik sebelum mempelajari modul, yaitu kemampuan menganalisis kekayaan alam berbasis kearifan lokal. Sistem pembelajaran dilakukan berbasis siswa. Modul ini juga meliputi empat dimensi yakni beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mandiri, kolaborasi, dan bernalar kritis.

Misnar menambahkan bahwa target dari pembelajaran ini adalah agar siswa mampu merancang dan melaksanakan mini research komprehensif tentang rawa air tawar, yang mencakup analisis mendalam terhadap komposisi mineral tanah, dokumentasi lengkap tentang ekosistem di berbagai zona air tawar, serta perbandingan yang teliti antara karakteristik vegetasi di wilayah rawa dalam dan tepi sungai. 


Silabus PLH 

Aceh Wetland Foundation (AWF) bekerja sama dengan Universitas Almuslim Bireuen sedang menyelesaikan Modul Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup, untuk mendukung implementasi pembelajaran tentang lingkungan hidup, khususnya mengenai habitat lahan basah.

Direktur Eksekutif AWF, Yusmadi Yusuf mengatakan, pihaknya sangat bergembira dapat menyukseskan silabus PLH ini untuk menguatkan peran dan kesadaran masyarakat terhadap fungsi Paya Nie sebagai kawasan lindung.

Kegiatan uji publik modul PLH telah dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen pada 5 Juni 2024.  ujia publik tersebut  bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024.

Direktur Eksekutif AWF mengucapkan terima kasih atas dukungan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen, para kepala sekolah, dan para guru di Kabupaten Bireuen. “Kami siap memfasilitasi para guru dan siswa untuk belajar tentang habitat rawa Paya Nie,” ujarnya.

Pada acara yang dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen, Muslim mengatakan, bahwa modul ajar PLH ini sangat bermanfaat untuk mengenalkan lingkungan hidup, khususnya mengenai habitat lahan basah kepada para siswa di tingkat sekolah dasar. “Kami sangat sepakat untuk memperkenalkan habitat rawa Paya Nie sebagai lokasi edukasi untuk pendidikan lingkungan hidup,” kata Muslim.

Muslim menegaskan bahwa bentang alam rawa Paya Nie adalah kawasan dengan fungsi lindung yang tidak bisa dialihfungsikan untuk pertanian maupun perkebunan. “Rawa ini adalah kekayaan yang tak tertandingi, jauh lebih baik untuk mencegah banjir daripada danau, karena rawa jauh lebih banyak menyimpan air,” jelas ahli tata ruang ini.

Muslim mencontohkan perubahan fungsi Paya Kareung di Bireuen yang sudah berubah menjadi lahan pertanian. “Akan ada dampak lingkungan dari setiap perubahan fungsi,” katanya. Terkait hal itu, Muslim mengimbau seluruh kepala sekolah dasar di Kabupaten Bireuen agar dapat mempraktikkan modul ajar ini untuk para siswa. “Saya juga meminta Kabid SD dan Kabid TK/PAUD agar membawa anak-anak mengenal rawa Paya Nie,” pintanya.(infopublik)
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl