Ekspektasi dari Pesisir Pusong Jelang Pemilihan Walikota Lhokseumawe

Siyasah
24.7.24
Last Updated 2024-07-24T15:54:12Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
adv

Penulis : M.J. Khairul/Haji Domet (Tokoh pemuda Pusong Kota Lhokseumawe)

PEMILIHAN Walikota dan Wakil Walikota Lhokseumawe pada Pilkada serentak, Tahun 2024 diprediksi akan berlangsung meriah. Pasalnya, saat ini beberapa pasangan bakal calon (Paslon) sudah bermunculan. Mereka disebut-sebut akan maju pada Pilkada Lhokseumawe Tahun 2024. Ada Paslon yang sudah diumumkan ke publik oleh partai politik yang akan mengusungnya, dan ada juga yang belum diungkapkan secara terbuka.

Menanggapi dinamika politik tersebut, penulis memberi pandangan, sektor perikanan dianggap penting mendapatkan perhatian serius Walikota terpilih kedepan. Hal ini perlu menjadi tema diskusi para Paslon dan timnya, serta masyarakat Kota Lhokseumawe. Mulai sekarang penting dibahas, untuk melahirkan wacana konkret menyangkut pengembangan potensi perikanan Kota Lhokseumawe.

Selaku putra Kota Lhokseumawe, yang lahir dan besar di pinggir laut, penulis melihat kota di tepi Selat Malaka ini punya potensi dasar yang sangat besar di sektor perikanan. Namun, Pemkot Lhoksemawe tampaknya belum memberikan perhatian serius untuk mengoptimalkan potensi tersebut. Karena itu, kita berharap siapapun Walikota dan Wakil Walikota Lhokseumawe ke depan (hasil Pilkada Tahun 2024) agar melahirkan terobosan baru sehingga dapat memanfaatkan secara maksimal potensi perikanan. Saya yakin sebagian masyarakat Kota Lhokseumawe menaruh harapan yang sama.

Hemat saya, apabila potensi perikanan dikembangkan dengan sepenuh hati, Insya Allah, akan menjadi tonggak ekonomi Kota Lhokseumawe di masa yang akan datang. Selain memacu laju pertumbuhan ekonomi daerah, juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Potensi Hasil Laut Lhokseumawe

Berdasarkan data Kota Lhokseumawe Dalam Angka Tahun 2024 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi perikanan laut (ikan yang ditangkap di laut) di Kota ini tahun 2023 totalnya mencapai 13,1 juta kilogram lebih atau lebih 13,1 ribu ton. Dari jumlah tersebut, paling banyak produksi ikan cakalang mencapai 2.148.111 kg (2.148 ton lebih), tongkol 1.522.295 kg (1.500 ton lebih), kembung 1.242.196 kg (1.200 ton lebih), kurisi 953.240 kg (953 ton), biji nangka 845.840 kg (845 ton), teri 801.247 kg (801 ton), dan tuna 541.474 kg (541 ton).

Penulis, melihat dari informasi dipublikasikan Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Pangan (DKP3) Kota Lhokseumawe, produksi perikanan tangkap tahun 2022 sebanyak 12.850.424 kg (12,8 ribu ton) dan tahun 2021 mencapai 14.615.474 kg (14,6 ribu ton).

Produksi perikanan tangkap di Kota Lhokseumawe dalam tujuh sampai 10 tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2014-2017, rata-rata produksi ikan tangkap Lhokseumawe masih pada angka 7.000-an ton/tahun.

Kota Lhokseumawe juga memiliki potensi perikanan budidaya dengan jumlah produksi mencapai ribuan ton/tahun. Selama ini perikanan budidaya di Lhokseumawe menggunakan jaring apung laut, keramba, kolam air tenang, tambak intensif, tambak sederhana, dan tambak semi intensif untuk pembesaran lele, nila, kakap, bandeng, kerapu, udang, dan ikan lainnya. Ada juga budidaya pembenihan air tawar dengan produksi lele puluhan ribu ekor, dan nila belasan ribu ekor.

Jadi, salah satu sektor yang memiliki peluang besar di Kota Lhokseumawe adalah perikanan. Seharusnya ini menjadi perhatian serius pemimpin Kota Lhokseumawe. Saya yakin kalau sektor perikanan dikelola dengan sungguh-sungguh, insya Allah, ini menjadi harapan masa depan Kota ini.

Harapan kita sebagai masyarakat Kota Lhokseumawe, siapapun Walikota terpilih hasil Pilkada 2024, harus mampu menarik investor untuk berinvestasi di sektor hilirisasi perikanan. Kota ini membutuhkan industri pengolahan ikan supaya komoditas perikanan memberi nilai tambah secara ekonomi. Misalnya, pengolahan ikan tuna kaleng, abon ikan, kerupuk ikan, dan lainnya.

Masyarakat tahu pengembangan industri pengolahan termasuk hilirisasi perikanan bisa memunculkan efek berganda (multiplier effect). Diantaranya, meningkatkan serapan tenaga kerja, karena sebuah industri pengolahan pasti butuh pekerja yang banyak. Kalau ini berjalan, kita optimis akan dapat menekan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Lhokseumawe yang selama ini tertinggi di Aceh. TPT Kota Lhokseumawe tahun 2022 mencapai 9.15%, sedangkan rata-rata TPT Provinsi Aceh 6,17%, dan rata-rata TPT nasional 5,86%.

Data BPS, jumlah nelayan di Kota Lhokseumawe tahun 2023 sebanyak 1.007 orang. Rinciannya, Banda Sakti 451 orang, Blang Mangat 304 orang, Muara Satu 158 orang, dan Muara Dua 94 orang. Jumlah itu menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Kalau ke depan ada industri pengolahan ikan tentunya jumlah nelayan akan bertambah lagi.

Dengan adanya industri pengolahan juga akan berkembang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai industri pendukung.

Pada akhirnya, kita masyarakat Kota Lhokseumawe berharap Pemkot di bawah kepimpinan Walikota baru ke depan lebih maksimal lagi membangun kolaborasi dengan berbagai pihak. Misalnya, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Lhokseumawe, karena BI setiap tahun membuat kajian perekonomian daerah, dan juga dengan akademisi dan praktisi usaha. Sehingga dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan di Kota ini yang sebelah utara berbatasan dengan laut.***
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl