adv
SIGLI, SIYASAH News | Ribuan nelayan dari berbagai kecamatan dalam Kabupaten Pidie mengharapkan, pemerintah daerah membangun Kolam Labuh (Dermaga Pendaratan Ikan) di Kota Sigli. Kapal nelayan di kawasan tersebur tercatat mencapai 1.442 unit dari berbagai jenis.
"Harapan kami, Pemerintah Kabupaten Pidie dapat mengeruk kuala laut yang sudah dangkal," ujar nelayan di Kecamatan Kota Sigli, Minggu (28/7/2024). Kedangkalan tersebut mengakibatkan boat penangkap ikan sulit masuk ke Kuala Kota Sigli.
Keluhan tersebur telah lama disampaikan kepada Sekretaris Panglima Laot Kabupaten Pidie, Marfian H.S, untuk diteruskan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pidie. "Permintaan kami seharusnya menjadi prioritas utama, karena kami harus mendaratkan hasil tangkapan ikan ke Dermaga Ikan di TPI Pasie Lhok, Kecamatan Kembang Tanjong, yang cukup jauh dari Kota Sigli," ujar Abubakar yang ikut didampingi Mahmud, Nurdin, Samsuar, Ahmad Jalil, dan beberapa pemilik boat penangkap ikan lainnya.
Nelayan menyebutkan, secara historis Kuala (Muara) Kota Sigli pada zaman kolonial Belanda merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Aceh. Bahakan Kuala Kota Sigli sering disinggahi kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka.
Sekretaris Panglima Laot Kabupaten Pidie, Marfian H.S, menambahkan bahwa permintaan para nelayan ini sudah disampaikan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pidie. Pihak dinas berjanji akan berusaha memperjuangkannya.
"Keinginan para nelayan Pidie untuk dibangun Kolam Labuh telah lama didambakan. Para nelayan melalui lembaga Panglima Laot Kabupaten Pidie sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat," jelas Marfian.
Marfian menambahkan bahwa proposal pembangunan Kolam Labuh telah diteruskan ke pemerintah pusat di Jakarta, namun hingga kini Kolam Labuh yang diharapkan belum terwujud.
"Manfaat Kolam Labuh bagi para nelayan sangat penting. Selain mencegah risiko kecelakaan bagi kapal nelayan yang keluar masuk muara kecil menuju TPI, keberadaan Kolam Labuh juga mampu menghemat biaya pengiriman ikan dari satu lokasi TPI ke pasar ikan di Kota Sigli," sebut Marfian.
Selain itu, Kolam Labuh juga dapat menjadi ikon destinasi baru Kota Sigli yang mampu meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Kadis DKP) Pidie, Safrizal, membenarkan bahwa para nelayan melalui Lembaga Panglima Laot sudah sering berkoordinasi dengan pihaknya terkait permintaan pembangunan Kolam Labuh di perairan Kota Sigli.
Menanggapi keinginan para nelayan, Safrizal menyebutkan bahwa Pemkab Pidie melalui Dinas Perikanan dan Kelautan sudah beberapa kali mengusulkannya ke pemerintah pusat, namun hingga kini belum terealisasi. "Kita tunggu saja realisasinya, semoga keinginan para nelayan segera direspons oleh pemerintah pusat," ujar Safrizal.
Safrizal menjelaskan bahwa keberadaan Kolam Labuh bagi masyarakat nelayan Kabupaten Pidie sangat penting.. Selama ini, para nelayan terpaksa mengandalkan kondisi pasang-surut air laut di muara sempit, yang saat ini digunakan sebagai Tempat Pendaratan Ikan (TPI).
Berdasarkan data DKP tahun 2023, jumlah nelayan tangkap di Kabupaten Pidie sebanyak 4.858 orang, dengan jumlah kapal sebanyak 1.442 unit dan produksi nelayan tangkap mencapai 2.120,78 ton per tahun.
Safrizal yakin bahwa jika Kolam Labuh terwujud, akan banyak kapal nelayan yang singgah di Kota Sigli karena lokasinya yang strategis. "Dengan adanya Kolam Labuh, Kabupaten Pidie akan menjadi sentra perikanan yang berdampak positif di segala sisi," pungkasnya. (infopublik.id)
"Harapan kami, Pemerintah Kabupaten Pidie dapat mengeruk kuala laut yang sudah dangkal," ujar nelayan di Kecamatan Kota Sigli, Minggu (28/7/2024). Kedangkalan tersebut mengakibatkan boat penangkap ikan sulit masuk ke Kuala Kota Sigli.
Keluhan tersebur telah lama disampaikan kepada Sekretaris Panglima Laot Kabupaten Pidie, Marfian H.S, untuk diteruskan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pidie. "Permintaan kami seharusnya menjadi prioritas utama, karena kami harus mendaratkan hasil tangkapan ikan ke Dermaga Ikan di TPI Pasie Lhok, Kecamatan Kembang Tanjong, yang cukup jauh dari Kota Sigli," ujar Abubakar yang ikut didampingi Mahmud, Nurdin, Samsuar, Ahmad Jalil, dan beberapa pemilik boat penangkap ikan lainnya.
Nelayan menyebutkan, secara historis Kuala (Muara) Kota Sigli pada zaman kolonial Belanda merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Aceh. Bahakan Kuala Kota Sigli sering disinggahi kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka.
Sekretaris Panglima Laot Kabupaten Pidie, Marfian H.S, menambahkan bahwa permintaan para nelayan ini sudah disampaikan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pidie. Pihak dinas berjanji akan berusaha memperjuangkannya.
"Keinginan para nelayan Pidie untuk dibangun Kolam Labuh telah lama didambakan. Para nelayan melalui lembaga Panglima Laot Kabupaten Pidie sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat," jelas Marfian.
Marfian menambahkan bahwa proposal pembangunan Kolam Labuh telah diteruskan ke pemerintah pusat di Jakarta, namun hingga kini Kolam Labuh yang diharapkan belum terwujud.
"Manfaat Kolam Labuh bagi para nelayan sangat penting. Selain mencegah risiko kecelakaan bagi kapal nelayan yang keluar masuk muara kecil menuju TPI, keberadaan Kolam Labuh juga mampu menghemat biaya pengiriman ikan dari satu lokasi TPI ke pasar ikan di Kota Sigli," sebut Marfian.
Selain itu, Kolam Labuh juga dapat menjadi ikon destinasi baru Kota Sigli yang mampu meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Kadis DKP) Pidie, Safrizal, membenarkan bahwa para nelayan melalui Lembaga Panglima Laot sudah sering berkoordinasi dengan pihaknya terkait permintaan pembangunan Kolam Labuh di perairan Kota Sigli.
Menanggapi keinginan para nelayan, Safrizal menyebutkan bahwa Pemkab Pidie melalui Dinas Perikanan dan Kelautan sudah beberapa kali mengusulkannya ke pemerintah pusat, namun hingga kini belum terealisasi. "Kita tunggu saja realisasinya, semoga keinginan para nelayan segera direspons oleh pemerintah pusat," ujar Safrizal.
Safrizal menjelaskan bahwa keberadaan Kolam Labuh bagi masyarakat nelayan Kabupaten Pidie sangat penting.. Selama ini, para nelayan terpaksa mengandalkan kondisi pasang-surut air laut di muara sempit, yang saat ini digunakan sebagai Tempat Pendaratan Ikan (TPI).
Berdasarkan data DKP tahun 2023, jumlah nelayan tangkap di Kabupaten Pidie sebanyak 4.858 orang, dengan jumlah kapal sebanyak 1.442 unit dan produksi nelayan tangkap mencapai 2.120,78 ton per tahun.
Safrizal yakin bahwa jika Kolam Labuh terwujud, akan banyak kapal nelayan yang singgah di Kota Sigli karena lokasinya yang strategis. "Dengan adanya Kolam Labuh, Kabupaten Pidie akan menjadi sentra perikanan yang berdampak positif di segala sisi," pungkasnya. (infopublik.id)