Menziarahi Makam Era Kesultanan Aceh Darussalam di Gampong Lubok Batee

Tim Siyasah
28.8.24
Last Updated 2024-08-29T01:09:22Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
adv

Oleh : Muammar Alfarisi


Makam Era Kesultanan Aceh Darussalam di Gampong Lubok Batee, Aceh Besar
Pada era kesultanan Aceh Darussalam, sultan adalah orang alim. Makanya ketika para ulama berfatwa maka sultan dapat mengikuti dan memahami fatwa tersebut. 

 

DALAM Peta Belanda yang dikeluarkan Tahun 1885, terdapat peta wilayah kawasan yang berhasil dikuasai Belanda sampai kawasan Lambaro, Aceh Besar. Selain peta 1885, Belanda juga membuat Peta 1895 M kawasan yang ditaklukkannya sampai ke Kuta Aneuk Galong.

Dalam peta Belanda, pemakaman Era kesultanan Aceh Darussalam ditandai dengan lambang bulan sabit. Dalam peta Belanda 1885 dan 1895, terdapat beberapa pemakaman di Lubok Batee, Aceh Besar. Makam ini masih ada dan terawat dengan baik. Artinya selama ratusan tahun kawasan pemakaman era Kesultanan Aceh Darussalam masih terjaga dengan baik.

Nisan di kawasan ini berasal periode awal Kesultanan Aceh Darussalam, diperkirakan masa Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530 M) sampai era Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar (1539-1572 M). Kemungkinan juga masa Sultan Aceh setelah itu. 

Seperti pada umumnya, Nisan di Aceh dituliskan Ayat Al Qur'an, Hadits, Kalimat Tauhid, Salawat kepada Nabi dan ukiran motif Aceh yang indah dan menawan.

Banyak nisan Aceh berukir tulisan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam Kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali (wafat 505 Hijriyah atau 1111 Masehi) pada Bab Keutamaan Shalawat atas Nabi Muhammad Saw, dituliskan bahwa Rasulullah bersabda "Barang siapa memohonkan rahmat atas ku di tulisan maka malaikat selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku ada dalam tulisan itu" (H.R. Tabrani).

Makanya banyak batu nisan di Aceh berukir Kalimat Tauhid dan Salawat atas Nabi, mungkin mengamalkan hadist Riwayat Tabrani dalam Kitab Ihya ini. Ini tidaklah mengherankan karena pada zaman dahulu kesultanan Aceh dikenal dengan banyaknya para ulama tasawuf seperti Bukhari Al Jauhari, Hamzah Al Fansuri dan Syeikh Syamsuddin As Sumatrani dll. Para ulama tasawuf di Aceh umumnya mengembangkan tasawuf Imam Al Ghazali dan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.

Pada era kesultanan Aceh Darussalam, sultan adalah orang alim. Makanya ketika para ulama berfatwa maka sultan dapat mengikuti dan memahami fatwa tersebut. Karena para sultan Aceh umumnya sering duduk dan berdiskusi dengan para ulama masalah ilmu hakikat dan tasawuf. Makanya ulama Aceh pada zaman dahulu mendidik kader hebat dan tokoh besar baik keluarga Kerajaan ataupun yang lainnya. Seperti Syeikh Syamsuddin As Sumatrani mendidik Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) sehingga ketika menjadi Sultan beliau adalah Sultan terbesar Aceh.(***)
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl