adv
Oleh: Dr. Bukhari.M.H.,CM, Akademisi IAIN Lhokseumawe
Masyarakat miskin sering kali terjebak dalam siklus kemiskinan karena keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2023 persentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 9,36 persen, yang setara dengan 25,90 juta orang. Meski angka ini menurun dari September 2022 dan Maret 2022, kemiskinan tetap menjadi tantangan serius, terutama di daerah perdesaan di mana persentase penduduk miskin masih mencapai 12,22 persen.
Kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, namun merupakan bentuk penjajahan baru yang membatasi kebebasan dan kesejahteraan individu. Masyarakat miskin sering kali terjebak dalam siklus kemiskinan karena keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Program-program bantuan sosial dari pemerintah memang membantu, namun sering kali hanya bersifat sementara dan belum menyentuh akar masalah.
Untuk mencapai kemerdekaan sejati, upaya pengentasan kemiskinan harus lebih komprehensif. Diperlukan reformasi struktural yang mencakup peningkatan akses pendidikan, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta perbaikan sistem kesehatan. Tanpa perubahan ini, kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahun hanya akan menjadi simbol tanpa makna yang mendalam bagi mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Kemerdekaan sejati bukan hanya soal bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga tentang membebaskan seluruh rakyat Indonesia dari kemiskinan dan ketidakadilan. Setiap kali kita merayakan Hari Kemerdekaan, kita perlu mengingat bahwa perjuangan belum selesai selama masih ada yang hidup dalam kemiskinan. Ini adalah tugas kita bersama sebagai bangsa yang merdeka.
Mari kita jadikan momen peringatan kemerdekaan ini sebagai refleksi dan dorongan untuk terus berjuang mengentaskan kemiskinan, sehingga kita bisa benar-benar merayakan kemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya.Wassalam.