adv
Ilustrasi Al Farabi. (Republika) |
FILSUF Muslim Al-Farabi (870-951) hidup pada masa keuasaan Daulah Abbasiyah. Dia memperkenalkan beberapa pemikirannya, diantaranya tentang negara. Dalam Buku Seri Filsuf Muslim, karangan Iklil Pradigma dijelaskan mengenai hasil penjelasan Al-Farabi tentang negara.
Di dalam filsafat politik, Al-Farabi memiliki pemikiran tentang bagaimana cara kita agar memiliki negara utama, negara ideal yang dibangun demi tujuan kesejahteraan seluruh warga negara. Menurut Al-Farabi, negara utama adalah negara yang pantas didirikan dari pada model-model negara lainnya. Dia mengklasifikasikan negara dalam lima model:
Pertama, Negara sesat (al-madinatud dalalah), yaitu negara yang dipimpin oleh orang yang menganggap dirinya mendapat wahyu, kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
Kedua, Negara yang berubah-ubah (al-madinatul mutabaddilah), yaitu negara yang pada mulanya, penduduk negara ini memiliki pemikiran dan pendapat seperti penduduk negara utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan.
Ketiga, Negara orang-orang fasik, korup, dan pembangkang (al-madinatul fasiqah), yaitu negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-orang bodoh.
Keempat, Negara orang-orang bodoh (al-madinatul jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
Kelima, Negara Utama (al-madinatul fadhilah), yaitu negara yang dipimpin oleh para nabi, lalu dilanjutkan oleh para filsuf, dan penduduk negara ini bukan saja mengenal, tetapi juga merasakan kebahagiaan.
Pemikiran Al-Farabi tentang negara utama mungkin dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kala itu, Al-Farabi melihat kekacauan demi kekacauan yang dilatarbelakangi oleh adanya motif politik sedemikian rupa, sehingga Daulah Abbasiyah berada di ujung tanduk.
Ia adalah sosok yang "berada di luar" istana, tidak dekat dengan penguasa dan tidak menduduki jabatan pemerintahan, mengamati dengan saksama peristiwa yang terjadi, dan hal itu membuatnya merenung tentang bagaimanakah sebenarnya bentuk negar terbaik yang jauh dari chaos. Di samping juga, tentunya,
Farabi sangat dekat dengan karya-karya Plato dan Aristotel yang sama-sama memiliki pemikiran tentang model-model negara yang diperlukan oleh manusia. Bagi Al-Farabi, negara utama serupa dengan tubuh yang sehat, yang sempurna anggota-anggotanya, di mana satu organ dengan organ lainnya bersinergi dalam upaya menyempurnakan kehidupan. (***)