adv
Santri tidak hanya berperan sebagai pengajar ilmu agama, tetapi juga sebagai juru damai yang mampu menyebarkan pesan toleransi.
Oleh: Tgk. Dr. Bukhari.M.H.CM (Alumni Dayah BUDI Lamno - Advokat LBH Qadhi Malikul Adil)
PERINGATAN Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober 2024 mengingatkan kita kembali pada peran penting santri dalam kehidupan masyarakat, terutama di Aceh yang pernah dilanda konflik berkepanjangan. Di tengah upaya rekonsiliasi pasca perang, santri memiliki peran sentral sebagai agen perdamaian yang aktif membangun kembali hubungan sosial dan moral yang hancur akibat konflik.
Pasca konflik di Aceh, tantangan untuk membangun kembali kepercayaan dan solidaritas sosial sangat besar. Dalam situasi ini, santri tidak hanya berperan sebagai pengajar ilmu agama, tetapi juga sebagai juru damai yang mampu menyebarkan pesan toleransi, keadilan, dan persaudaraan. Di masjid-masjid dan pesantren, santri secara aktif mengajak masyarakat untuk meninggalkan dendam dan kebencian, menggantinya dengan semangat perdamaian yang berlandaskan ajaran Islam.
Melalui dakwah yang penuh kasih sayang, santri membantu masyarakat Aceh untuk merajut kembali hubungan sosial yang rusak akibat konflik. Mereka menjadi mediator dalam komunitas yang masih merasakan trauma, dengan pendekatan keagamaan yang menenangkan dan meneguhkan kembali nilai-nilai perdamaian. Di pesantren-pesantren, para santri mengajak masyarakat untuk mengutamakan persatuan dan kebersamaan, sehingga perdamaian dapat terus terjaga.
Tantangan di Era Pasca Konflik
Meski memiliki potensi besar, santri di Aceh menghadapi tantangan yang tidak ringan. Trauma masa lalu dan ketidakpercayaan antara berbagai kelompok masyarakat masih menyulitkan upaya rekonsiliasi yang berjalan lambat. Untuk itu, pendidikan santri perlu diperkuat dengan wawasan sosial dan politik yang mendalam. Pesantren di Aceh perlu mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kondisi sosial pasca konflik, agar santri dapat lebih efektif menjalankan peran sebagai agen perubahan.
Selain itu, santri juga harus memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan berani mengambil peran aktif dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif. Keterlibatan mereka dalam proses politik harus didasari niat untuk menjaga prinsip-prinsip keadilan dan perdamaian, bukan untuk menjadikan agama sebagai alat politik praktis.
Refleksi Hari Santri 2024
Hari Santri 2024 menjadi momen penting untuk mengapresiasi kontribusi santri dalam menjaga perdamaian di Aceh. Dengan bekal ilmu agama dan semangat keislaman yang moderat, mereka telah menjadi garda terdepan dalam merajut persatuan di masyarakat yang sempat terpecah. Santri di Aceh perlu terus diberdayakan sebagai pemimpin masa depan yang mampu merangkul semua golongan, membangun rekonsiliasi, dan menjaga stabilitas sosial.
Peringatan Hari Santri bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga waktu untuk merenungkan kembali tanggung jawab besar santri dalam menciptakan masyarakat yang lebih damai. Santri adalah harapan bagi terciptanya Aceh yang harmonis dan sejahtera di masa depan, bebas dari bayang-bayang konflik. Dengan segala potensi yang mereka miliki, santri harus terus didukung sebagai agen perubahan yang membawa Aceh menuju era yang lebih cerah dan damai.(***)