adv
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti masalah krisis air yang masih melanda sejumlah daerah di tengah musim pancaroba ini. |
JAKARTA, SIYASAH News | Bagian Jawa, Bali, dan sebagian Aceh diperkirakan mengalami water stress lebih tinggi dari wilayah lain. Sementara puluhan negara terancam dihantam krisis air, hal tersebut ditunjukkan dari besarnya tekanan penggunaan air (water stress) yang dialami negara-negara itu setiap tahunnya.
Berdasarkan data dari WRI (World Resources Institute) tahun lalu, terdapat 25 negara yang terancam dihantam oleh krisis air. Hal tersebut ditunjukkan dari besarnya tekanan penggunaan air (water stress) yang dialami negara-negara itu setiap tahunnya.
Sementara itu berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia diprediksi akan mengalami kelangkaan air pada 2050. Fresh water atau air bersih di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 2,5% yang dapat digunakan dan dimanfaatkan.
Dari data tersebut, bagian Jawa, Bali, dan sebagian Aceh diperkirakan mengalami water stress lebih tinggi dari wilayah lain. Ditambah, 99% bencana yang hadir di Indonesia adalah hidrometeorologi basah yang berdampak terhadap ketersediaan air.
Krisis Air Landa Sejumlah Daerah
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti masalah krisis air yang masih melanda sejumlah daerah di tengah musim pancaroba ini. Ia meminta Pemerintah untuk mengambil langkah konkret dalam penyelesaian bencana tersebut karena telah menyulitkan kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Akses air bersih yang sangat terbatas telah berdampak langsung pada kesehatan masyarakat. Ini bisa menimbulkan risiko tinggi penyebaran penyakit, dan berdampak pada kesejahteraan hidup rakyat,” kata Puan Maharani dalam keterangan persnya, Jumat (1/11/2024).
Sejumlah daerah yang saat ini tengah mengalami krisis air seperti di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Krisis air di Lombok tersebut sudah terjadi beberapa bulan ke belakang.
Masyarakat hanya mampu bergantung dengan batuan air bersih dari pemerintah sekitar 15 liter per hari yang menurut mereka tak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Alhasil mereka bertahan dengan menyuling air yang ada.
Puan meminta Pemerintah memberi perhatian lebih serius dalam penanganan krisis air bersih ini.
“Hanya bantuan air bersih yang terbatas saja tidak cukup, tapi bagaimana memastikan adanya peningkatan infrastruktur agar menjadi solusi jangka panjang. Apalagi ini sudah berlangsung lama,” ujarnya.
Selain di Lombok, krisis air bersih juga terjadi di Klaten, Jawa Tengah. Sebanyak 7.185 kepala keluarga (KK) atau 23.353 jiwa di kabupaten tersebut terdampak bencana krisis air bersih ini dan hanya bisa mengandalkan bantuan giliran dropping air bersih dari BPBD. Kekeringan di Kabupaten Klaten dialami warga 18 desa yang tersebar di enam wilayah kecamatan sejak bulan Juni lalu.
Wilayah lain yang masih dilanda krisis air bersih pun di antaranya seperti di Kota Cilegon, Banten, dan Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.
“Masalah kekeringan masih terjadi terutama di daerah-daerah yang punya struktur geografis perbukitan. Perlu ada langkah preventif dan Pemerintah. Terutama penguatan pada fasilitas dalam bentuk sarana prasarana bagi masyarakat terdampak, misalnya perbanyak penampungan air,” tutur Puan.
Mantan Menko PMK ini pun mengingatkan dampak yang bisa ditimbulkan dari krisis air bagi warga. Puan merinci mulai dari masalah kesehatan seperti infeksi kulit, gangguan pencernaan, penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan, hingga masalah sosial karena kurangnya kebutuhan air bersih.
“Kalau tidak ada terobosan untuk mengatasi masalah air bersih, kesehatan dan kesejahteraan rakyat menjadi taruhannya,” ungkap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan berharap Pemerintah segera merancang program yang lebih memadai dan efektif untuk mengatadi krisis air bersih. Dengan begitu, masyarakat dapat menjalankan kegiatan sehari-hari dengan layak dan sehat.
"Karena krisis air tidak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga mengancam kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat," terang Puan. (dpr.go.id)
Berdasarkan data dari WRI (World Resources Institute) tahun lalu, terdapat 25 negara yang terancam dihantam oleh krisis air. Hal tersebut ditunjukkan dari besarnya tekanan penggunaan air (water stress) yang dialami negara-negara itu setiap tahunnya.
Sementara itu berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia diprediksi akan mengalami kelangkaan air pada 2050. Fresh water atau air bersih di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 2,5% yang dapat digunakan dan dimanfaatkan.
Dari data tersebut, bagian Jawa, Bali, dan sebagian Aceh diperkirakan mengalami water stress lebih tinggi dari wilayah lain. Ditambah, 99% bencana yang hadir di Indonesia adalah hidrometeorologi basah yang berdampak terhadap ketersediaan air.
Krisis Air Landa Sejumlah Daerah
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti masalah krisis air yang masih melanda sejumlah daerah di tengah musim pancaroba ini. Ia meminta Pemerintah untuk mengambil langkah konkret dalam penyelesaian bencana tersebut karena telah menyulitkan kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Akses air bersih yang sangat terbatas telah berdampak langsung pada kesehatan masyarakat. Ini bisa menimbulkan risiko tinggi penyebaran penyakit, dan berdampak pada kesejahteraan hidup rakyat,” kata Puan Maharani dalam keterangan persnya, Jumat (1/11/2024).
Sejumlah daerah yang saat ini tengah mengalami krisis air seperti di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Krisis air di Lombok tersebut sudah terjadi beberapa bulan ke belakang.
Masyarakat hanya mampu bergantung dengan batuan air bersih dari pemerintah sekitar 15 liter per hari yang menurut mereka tak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Alhasil mereka bertahan dengan menyuling air yang ada.
Puan meminta Pemerintah memberi perhatian lebih serius dalam penanganan krisis air bersih ini.
“Hanya bantuan air bersih yang terbatas saja tidak cukup, tapi bagaimana memastikan adanya peningkatan infrastruktur agar menjadi solusi jangka panjang. Apalagi ini sudah berlangsung lama,” ujarnya.
Selain di Lombok, krisis air bersih juga terjadi di Klaten, Jawa Tengah. Sebanyak 7.185 kepala keluarga (KK) atau 23.353 jiwa di kabupaten tersebut terdampak bencana krisis air bersih ini dan hanya bisa mengandalkan bantuan giliran dropping air bersih dari BPBD. Kekeringan di Kabupaten Klaten dialami warga 18 desa yang tersebar di enam wilayah kecamatan sejak bulan Juni lalu.
Wilayah lain yang masih dilanda krisis air bersih pun di antaranya seperti di Kota Cilegon, Banten, dan Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.
“Masalah kekeringan masih terjadi terutama di daerah-daerah yang punya struktur geografis perbukitan. Perlu ada langkah preventif dan Pemerintah. Terutama penguatan pada fasilitas dalam bentuk sarana prasarana bagi masyarakat terdampak, misalnya perbanyak penampungan air,” tutur Puan.
Mantan Menko PMK ini pun mengingatkan dampak yang bisa ditimbulkan dari krisis air bagi warga. Puan merinci mulai dari masalah kesehatan seperti infeksi kulit, gangguan pencernaan, penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan, hingga masalah sosial karena kurangnya kebutuhan air bersih.
“Kalau tidak ada terobosan untuk mengatasi masalah air bersih, kesehatan dan kesejahteraan rakyat menjadi taruhannya,” ungkap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan berharap Pemerintah segera merancang program yang lebih memadai dan efektif untuk mengatadi krisis air bersih. Dengan begitu, masyarakat dapat menjalankan kegiatan sehari-hari dengan layak dan sehat.
"Karena krisis air tidak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga mengancam kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat," terang Puan. (dpr.go.id)