Iklan Oli2

Iklan Oli2

Motif Bungong pada Nisan, Terindikasi Makam Keluarga Kerajaan di Lambung

Tim Siyasah
17.11.24
Last Updated 2024-11-18T23:54:07Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
adv
Makam Keluarga Kerajaan di Lambung, Meraksa, Banda Aceh

Laporan : Muammar Alfarisi

NISAN di kawasan Lambung, Meraksa, Banda Aceh, merupakan nisan makam keluarga kerajaan. Terlihat jelas motif bungong yang terpahat di atas nisan, sama dengan motif nisan di Kandang Meuh Baperis, Komplek Makam Sultan Mahmud Syah Bin Sultan Johan Syah (1760-1781 M). 

Selain itu nisan kuburan  wanita, mirip dengan nisan makam di Komplek  Makam Sultan Alaidin Ibrahim Mansur Syah (1857-1870 M).

Kawasan pemukiman kerajaan zaman dahulu tersebar merata di seluruh kawasan Aceh. Sultan Aceh memiliki banyak keturunan yang menjadi Ulebalang atau ulama. Para putra raja umumnya hidup dihormati oleh rakyat, selama era kejayaan kesultanan Aceh Darussalam. Kawasan makam di Gampong Lambung ini sekarang merupakan rawa-rawa.

Batu nisan ini telah banyak yang rusak akibat tsunami. Tim SILA berangkat menuju kota Banda Aceh, dari Banda Aceh melewati Umong Meusara Blang Padang. Seperti tertulis dalam peta Belanda, menuju kawasan Gampong Lambung, setelah melewati Mesjid Syeikh Abdurauf yang ada disebelah kanan. Tim berbelok di belokan menuju sebelah kanan ke arah Gampong Lambung.

Kawasan ini penuh rawa-rawa. Namun terdapat jalan setapak menuju ke bagian dalam. Di sana terdapat banyak timbunan tanah. Setelah melewati timbunan tanah, terlihatlah kawasan pemakaman era Kesultanan Aceh Darussalam abad 18 M.

Pada zaman kerajaan, para putra raja umumnya memiliki Kuta tersendiri. Kuta juga sebagai basis benteng menjaga istana. Hikayat Pocut Muhammad mendeskripsikan dengan jelas, kawasan Kuta yang dikuasai oleh putra Sultan Ahmad Syah (1727-1735 M).

Pocut Kleng Dikuta Gampong Phang, Pocut Sandang di Kuta Bugeh. Para keluarga raja umumnya diberikan kekuasaan oleh Sultan di kawasan bandar Aceh Darussalam.

Kawasan Meuraksa adalah kawasan pertama yang diserang oleh Belanda. Kawasan Meuraksa sejak dulu terkenal dengan kekayaan ladanya dan kemampuan memahat batu nisan era kesultanan Aceh Darussalam. 

Serangan Belanda pada Tahun 1873 M membuat kehancuran besar di Bandar Aceh Darussalam. Pada peta Belanda tahun 1885 M di Gampong Lambung terdapat beberapa gambar bulan sabit, ditandai sebagai pemakaman era kerajaan Aceh Darussalam. Terlihat pada tahun 1894 M kawasan ini sudah menjadi kawasan rawa-rawa. Tampaknya efek perang besar Aceh telah mengubah kawasan pemukiman keluarga raja menjadi kawasan rawa-rawa hijau.

Namun setelah ratusan tahun batu nisan Aceh milik keluarga raja, masih berdiri kokoh dengan motif indah nan menawan. Walaupun kawasan ini adalah kawasan terparah yang terkena tsunami Aceh tahun 2004, namun nisan Aceh masih terus kokoh berdiri memberitakan keagungan dan kejayaan masa lampau, Kesultanan Aceh dan keagungan kisah para ksatria pemberani dari Utara.(***) 
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl