.png "Tim Siyasah")
adv
 |
| Sebanyak 131 hektar sawah padi di Kecamatan Simpang Tiga terdampak banjir, Jumat (17/1). FOTO MC ACEH/IMA |
ACEH BESAR, SIYASAH News| Intensitas hujan tinggi sejak 4 Januari 2025 di Aceh Besar telah mengakibatkan 131 hektare sawah padi di Kecamatan Simpang Tiga terdampak banjir.
Laporan ini disampaikan petugas lapangan dari Laboratorium Pengamat Hama Penyakit UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (UPTD BPTPHP) Provinsi Aceh.
“Kami setiap hari memantau dampak banjir yang telah merendam 131 hektar persawahan di wilayah tugas kami di Kecamatan Simpang Tiga. Banjir ini disebabkan oleh air kiriman dari Kecamatan Suka Makmur, meluapnya saluran irigasi Krueng Jreu Indapuri, serta intensitas hujan yang tinggi di wilayah tersebut,” ungkap Vivi Yana Zamzami, petugas pengamat Dampak Perubahan Iklim (DPI) di Kecamatan Simpang Tiga, Jumat (17/1/2025).
Kondisi banjir yang berulang kali merusak tanaman padi petani di Kecamatan Simpang Tiga sejak musim tanam pertama pada November 2024 menarik perhatian Kepala Laboratorium Pengamat Hama Penyakit UPTD BPTPHP Aceh, Faridah.
Menurutnya, tiga faktor utama memperparah kondisi banjir di wilayah tersebut: debit air yang tinggi di saluran irigasi Krueng Jreu Indapuri, limpahan air dari Kecamatan Suka Makmur, dan intensitas hujan yang tinggi di Kecamatan Simpang Tiga sendiri.
“Berdasarkan pengamatan saya saat kunjungan lapangan pada 15 Januari 2025, kondisi banjir ini memang dipengaruhi oleh tiga faktor utama tersebut,” jelas Faridah di kantor Laboratorium Pengamat Hama Penyakit UPTD BPTPHP Provinsi Aceh, Banda Aceh.
Kunjungan Faridah didampingi petugas POPT Vivi Yana Zamzami, Bhabinkamtibmas Polsek Simpang Tiga Miswa, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Simpang Tiga Khaidir, serta Penyuluh Pertanian Eko Susanti.
Pada musim tanam kedua ini, Kecamatan Simpang Tiga telah dilanda banjir tiga kali: November 2024 yang merusak 190 hektare sawah, akhir Desember 2024, dan Januari 2025 yang mengakibatkan kerusakan 131 hektar sawah. Kondisi ini membuat para petani hanya bisa pasrah.
“Kami hanya bisa pasrah dan berharap adanya bantuan benih baru dari pemerintah agar kami dapat kembali menanam,” harap Dewi, seorang petani dari Gampong Nya, Kecamatan Simpang Tiga.
Menurut Khaidir, Koordinator BPP Simpang Tiga, para petani harus tiga kali melakukan tabur benih dan tanam ulang akibat banjir ini. Hal tersebut meningkatkan biaya produksi secara signifikan. “Kami berharap para petani dapat bersabar menghadapi musibah ini, dan ada kepedulian dari pemerintah, baik dari Kementerian Pertanian maupun Dinas Pertanian,” ujar Khaidir. (infopublik.id)
Laporan ini disampaikan petugas lapangan dari Laboratorium Pengamat Hama Penyakit UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (UPTD BPTPHP) Provinsi Aceh.
“Kami setiap hari memantau dampak banjir yang telah merendam 131 hektar persawahan di wilayah tugas kami di Kecamatan Simpang Tiga. Banjir ini disebabkan oleh air kiriman dari Kecamatan Suka Makmur, meluapnya saluran irigasi Krueng Jreu Indapuri, serta intensitas hujan yang tinggi di wilayah tersebut,” ungkap Vivi Yana Zamzami, petugas pengamat Dampak Perubahan Iklim (DPI) di Kecamatan Simpang Tiga, Jumat (17/1/2025).
Kondisi banjir yang berulang kali merusak tanaman padi petani di Kecamatan Simpang Tiga sejak musim tanam pertama pada November 2024 menarik perhatian Kepala Laboratorium Pengamat Hama Penyakit UPTD BPTPHP Aceh, Faridah.
Menurutnya, tiga faktor utama memperparah kondisi banjir di wilayah tersebut: debit air yang tinggi di saluran irigasi Krueng Jreu Indapuri, limpahan air dari Kecamatan Suka Makmur, dan intensitas hujan yang tinggi di Kecamatan Simpang Tiga sendiri.
“Berdasarkan pengamatan saya saat kunjungan lapangan pada 15 Januari 2025, kondisi banjir ini memang dipengaruhi oleh tiga faktor utama tersebut,” jelas Faridah di kantor Laboratorium Pengamat Hama Penyakit UPTD BPTPHP Provinsi Aceh, Banda Aceh.
Kunjungan Faridah didampingi petugas POPT Vivi Yana Zamzami, Bhabinkamtibmas Polsek Simpang Tiga Miswa, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Simpang Tiga Khaidir, serta Penyuluh Pertanian Eko Susanti.
Pada musim tanam kedua ini, Kecamatan Simpang Tiga telah dilanda banjir tiga kali: November 2024 yang merusak 190 hektare sawah, akhir Desember 2024, dan Januari 2025 yang mengakibatkan kerusakan 131 hektar sawah. Kondisi ini membuat para petani hanya bisa pasrah.
“Kami hanya bisa pasrah dan berharap adanya bantuan benih baru dari pemerintah agar kami dapat kembali menanam,” harap Dewi, seorang petani dari Gampong Nya, Kecamatan Simpang Tiga.
Menurut Khaidir, Koordinator BPP Simpang Tiga, para petani harus tiga kali melakukan tabur benih dan tanam ulang akibat banjir ini. Hal tersebut meningkatkan biaya produksi secara signifikan. “Kami berharap para petani dapat bersabar menghadapi musibah ini, dan ada kepedulian dari pemerintah, baik dari Kementerian Pertanian maupun Dinas Pertanian,” ujar Khaidir. (infopublik.id)
